Jagalah Waktumu



Segala puji bagi Allah U, Pengatur malam dan siang, Peletak bulan-bulan dan tahun-tahun, Pemilik tunggal kelengkapan dan kesempurnaan, Tuhan Maha Pengasih, yang agung nikmatNya, Rabb Sang Maha Kuasa yang keras adzabNya. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad r, keluarganya, para shahabat, serta orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat.
Sesungguhnya  waktu adalah kehidupan. Ia adalah pengendali yang memegang roda kehidupan manusia. Barang siapa memanfaatkan waktunya untuk kebaikan , niscaya dia beruntung dan berbahagia di dunia dan akhirat, barangsiapa menyia-nyiakan waktu dan umurnya niscaya menyesal dan merugi. Sebagaimana perkatan Ibnul Qayyim yang menjelaskan kepada kita pentingnya waktu. Beliau berkata: “Waktu seseorang pada hakikatnya adalah umurnya. Ia adalah unsur  penting kehidupan abadi di Surga, unsur penting kehidupannya di adzab yang pedih, Waktu itu berlalu laksana awan. Waktu yang untuk Allah dan dengan Allah itulah hidup dan umurnya hakiki. Selain itu tidak termasuk waktu dan hidupnya, meski dia hidup layaknya binatang. Apabila dia menghabiskan waktunya dalam kelalaian, kealpaan dan keinginan-keinginan yang batil dan sebaik-baik pengisi waktu baginya adalah tidur dan nganggur, maka kematian orang seperti ini lebih baik daripada kehidupannya.”(Al Jawabul Kafi)
Waktu Adalah Nikmat
Allah U menamakan waktu dan zaman sebagai nikmat. FirmanNya: “Dan Dia telah menundukkan bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar dalam orbitnya dan telah menundukkan bagimu siang dan malam. Dan Dia telah memberikan kepadamu keperluanmu dari segala apa yang anda mohonkan kepada Nya. Dan jika anda menghitung nikmat Allah tidaklah anda dapat meliputinya. Sesungguhnya manusia itu sangat zhalim dan sangat mengingkari nikmat Allah.” (QS.Ibrahim: 33-34)
Jadi menit-menit, jam-jam, hari-hari dan bulan-bulan adalah salah satu nikmat Allah yang besar kepada manusia dan setiap nikmat harus disyukuri. Jika tidak, ia akan hilang dan lenyap. Mensyukuri nikmat waktu adalah dengan cara memanfaatkannya dalam ketaatan dan mengembangkannya dalam amal-amal kebajikan. Oleh karena itu Allah memuji orang-orang yang mensyukuri nikmat ini. DiaU memberitahukan kepada kita bahwa orang-orang mukmin yang menjaga waktunya akan dipanggil pada hari kiamat dengan ucapan,” Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah anda kerjakan pada hari-hari yang telah lalu.”(QS. Al-Haqqah:24).
Kebalikannya, Allah mencela orang-orang yang menyia-nyiakan nikmat waktu dan tidak mensyukurinya dengan benar. Allah berfirman kepada mereka: “Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berfikir dan apakah tidak datang kepada anda pemberi peringatan? Maka rasakanlah Adzab Kami tidak ada seorang penolongpun bagi orang-orang yang zhalim.”(QS.Fathir:37)
Orang-Orang Kafir Menjaga Waktu
Orang-orang Jepang telah melebihi orang-orang Inggris dalam memanfaatkan waktu untuk perkara-perkara dunia dan usaha demi mendapatkan uang, dan kemajuan teknologi. Buktinya bahwa mereka-setelah kekalahan pada Perang Dunia Kedua- mampu menunjukkan kemampuan teknologi dan ilmiah Jepang. Mereka terus-menerus dan tidak kenal lelah menyempurnakan penelitian-penelitian dan uji coba ilmiah dan teknologi secara maraton. Hasil itu semua membuat Jepang menjadi Negara Bisnis dunia yang produknya membanjiri pasar-pasar internasional, dan laku keras. Mengapa? Karena mereka memanfaatkan waktu dengan baik untuk kepentingan dunia mereka yang fana, yang tidak kekal. Lalu dimanakah kaum muslimin dalam menjaga waktu mereka untuk ketaatan kepada Rabb mereka U?
Membaca dan Mencari Ilmu Agama
Mencari ilmu agama termasuk medan paling luas dalam pemanfaatan umur dan waktu. Hal itu tidaklah aneh, sebab ilmu agama adalah warisan para Nabiu. Dengannya seseorang meraih kemuliaan dunia Akhirat. Para ulama Rabbani adalah pewaris para Nabi. Mereka adalah cahaya-cahaya hidayah dan obor-obor penerang yang menerangi jalan umat dalam kehidupan ini.
Diantaranya adalah: Selalu berusaha menghadiri kajian-kajian ilmiah, majlis-majlis iman, pendidikan dan nasihat- nasihat; Memperhatikan dalam hal menghafal Al-Qur’an karena ia adalah kitab teragung secara mutlak; Menyediakan waktu khusus yang tetap dalam satu hari untuk membaca buku-buku para ulama Salaf yang terpercaya atau ulama-ulama khalaf yang mengikuti mereka dengan baik.
Kebanyakan Orang Menyia-nyiakan Waktu
Kita lihat keadaan kebanyakan manusia, mereka menghabiskan waktu dan umur mereka dalam kemaksiatan dan kemungkaran. Atau paling tidak sibuk menggunjing dan berbicara tidak berguna dan sembarangan. Mereka lupa atau pura-pura lupa bahwa setiap saat dan setiap detik yang berlalu dari umur mereka semakin mendekatkan mereka ke alam kubur dan Akhirat, semakin menjauhkan mereka dari harta, istri dan anak-anak.
Allah Ta’ala telah menjelaskan kepada kita hakikat yang pahit dan menyedihkan ini. Allah berfirman: “ Dan sedikit sekali dari hamba-hamba Ku yang bersyukur (QS.Saba’:13). Syukur terbesar terhadap nikmat Allah adalah dengan menggunakannya untuk ketaatan kepada Allah dan perkara-perkara yang diridhai-NyaU. Hakikat ini semakin jelas dengan sabda Rasulullah r:”Ada dua nikmat di mana banyak orang tertipu karenanya. Kesehatan dan waktu luang.”(Diriwayatkan Al Bukhari di Shahihnya, At Tirmidzi dan Ibnu Majah dari Ibnu Abbasy).
Maksud Nabir adalah kebanyakan orang menyia-nyiakan dua nikmat ini: kesehatan dan waktu luang.
Saling Berpesan agar Menjaga Waktu di antara Sesama Teman
Saling nasihat menasihati adalah syiar Islam yang membawa berkah. Ia harus dihidupkan di kalangan kaum muslimin. Para Salafush Shalih saling menasihati di antara mereka agar memanfaatkan waktu mereka dalam ketaatan kepada Allah.Di antaranya adalah hadist yang diriwayatkan At-Thabrani di Mu’jamnya dari Abu Madinah Ad- Darimiy berkata: “ Apabila dua orang shahabat Muhammadr bertemu, keduanya tidak berpisah sebelum keduanya saling membaca untuk temannya surat Al-Ashr yang berbunyi:”Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shalih dan nasihat menasihati supaya mentaati kebenaran dan nasihat menasihati supaya menetapi kesabaran.”
Sebagian Salaf member nasihat teman-temannya. Dia berkata:”Apabila kalian pergi dari hadapanku maka berpencarlah. Mungkin salah seorang di antara kalian sedang membaca Al-Qur’an di jalan, Karena Apabila kalian berkumpul, kalian pasti akan mengobrol.”(Shaidul Khatir, Ibnul Jauzi)
Menghindari Bergaul dengan Para Pembuang Waktu
Sesungguhnya tabiat manusia itu pencuri. Jiwa manusia cenderung taqlid dan meniru teman, dalam perkara yang baik maupun yang buruk dan bahwasanya seseorang diukur dari teman dan rekannya, Rasulullah r bersabda:” Seorang manusia hendaknya kalian melihat dengan siapa dia berteman.”(Diriwayatkan Ahmad,Abu Dawud,At-Tirmidzi dan dia menyatakan hasan,Al Hakim dan dia menshahihkannya, semuanya dari Abu Hurairahy).
Sesungguhnya berteman dengan para pemalas dan orang-orang yang suka menyia-nyiakan waktu pada hakikatnya adalah racun yang berbahaya dan penyakit yang menakutkan. Ia membuang kemampuan seseorang secara percuma dengan menyia-nyiakan waktunya. Mereka duduk berlama-lama dan berbincang seputar gosip-gosip yang beredar dan perkara-perkara yang tidak berguna, yang kadang diselingi ghibah.
Dengarkanlah  ucapan seorang dokter rabbani yang ahli dalam bidang pengobatan hati, Imam Ibnul Qayyim berkata:” Jika kondisi menuntut untuk bergaul dengan para pemalas dan pembuang waktu dalam perkara-perkara mubah yang berlebihan(yakni, bukan bemaksiat kepada Allah) maka hendaknya dia berusaha dengan sungguh-sungguh membalik pertemuan itu mejadi pertemuan bernilai ibadah. Apabila keadaan tidak memungkinkan untuk itu, maka hendaknya dia mencabut hatinya dari mereka seperti mencabut sehelai rambut dari adonan roti. Dia hadir di antara mereka (dengan badannya), tetapi absen(jauh dari mereka dengan hati dan akalnya). Dekat tetapi jauh, tidur tetapi sadar, memandang mereka tetapi tidak melihat mereka, mendengar ucapan mereka tapi tidak memahaminya. Karena dia telah memindah hatinya dari mereka…”(Madarijus Salikin, Ibnul Qayyim,1/250)
Saudaraku tercinta mari kita manfaatkan waktu kita sebaik-baiknya, gunakan dalam ketaatan kepada Allah U.
Wallahu A’lam bish shawwab
Ditulis oleh orang yang fakir kepada Rabbnya
Maraji’: Khams Wa ‘Isyrun Wa Mi’ah Thariqah Li Hifdzil Waqti. Abul Qa’qa’ Muhammad bin Shalih bin Ishak Ash-Shai’ari.
Surabaya, 19 Maret 2011
(blog.forsmunsa.org)

Komentar